Islamic Wordview
Islamic Wordview
Oleh : M. Nurman Ardiansyah (Mahasiswa Pacasarjana UIKA Bogor)
Batam, 9 Juli 2022/9 Dzulhijjh1433
Saya M. Nurman Ardiansyah akan mengulas pembahasan tentang worldview Islam hasil pemahaman di pertemuan pertama mata kuliah di pasca sarjana UIKA Bogor Prodi MPAI sekaligus merupakan tugas dari Dosen pengampu yaitu Ustadz Dr.Wido Supraha, M.Si disertai beberapa sumber yang saya rangkum. saya coba mulai dengan beberapa pertanyaan supaya lebih memudahkan dan pembatasan dalam pembahasan ini. Apa definisi wordview?, bagaimana proses worldview dilahirkan?, apa pengertian islam?, apa yang dimaksud dengan worldview islam?, dan bagaimana worldview islam bisa ada?, Dari beberapa pertanyaan diatas semoga memberikan sedikit gambaran apa yang akan saya bahas berikut ini.
Penulis akan mencoba menguraikan satu persatu disetiap variabel judul yaitu worldview dan Islam serta bagaimana kedua variabel itu lahir kemudian disatukan dalam satu kalimat worldview Islam.
Worldview Sebagai Pandangan Hidup
Worldview dalam bahasa jerman yaitu weltanschauung/weltanzincht yang memiliki ma`na pandangan Hidup. Worldview dalam bahasa arab memiliki kedekatan makna dengan المبدء الإسلامي، التسور الإسلامي، رؤية الإسلام، نظرات إسلامية، (Al-mabda Al-Islamiy, at-tashawwur al-Islamiy, ru’yatu-l-Islamiy, nazharaat al-Islamiyyah). Berdasarkan pengertian – pengertian diatas Worldview adalah merupakan sebuah sistem pandangan hidup.
Worldview dilahirkan
Setelah memaparkan beberapa definisi, penulis akan sedikit mengupas asal mula Worldview ini lahir. Worldview dapat kita lihat berawal dari teory Descrates yaitu Extended Substance dan Rational Substance yang dari keduanya datang selanjutnya dua turunan yaitu Empirisme dari Extended Substance; dan Rasionalisme turunan dari Rational Substance. Dari Empirisme lahir kebenaran yang objektif dengan sesuai dengan objek riset di lapangan atau ‘kontekstual’; sementara Rasionalisme melahirkan kebenaran yang subjektif yang berdasarkan riset kepustakaan atau ‘tekstual’. Dari beberapa turunan diatas, ada dua riset yang berbeda yaitu riset lapangan dan riset kepustakaan yang jika digabungkan keduanya, lahirlah “Worldview”.
Pengertian Islam
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:
Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Nabi Ibrahim Alaihissallam[1] :
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“(Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.’” [Al-Baqarah/2: 131]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran/3: 19]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” [Ali ‘Imran/3: 85]
Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam adalah:
اْلإِسْلاَمُ: َاْلإِسْتِسْلاَمُ ِللهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَاْلإِنْقِيَادُ لَهُ باِلطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِه
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.”
Kedua: Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya[2], baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati[3].
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” [Al-Hujuraat/49: 14].
Dari dalil – dalil diatas bahwa islam adalah agama yang benar (tidak ada agama yang paling benar) sebab dia datang dari Allah Ta’ala, semua para Nabi dan Rosul membawa agama yang sama yaitu islam. Adapun agama yang lain menurut perspektif muslim bukan datang dari Allah, dia adalah agama yang seiring zaman menyimpang, diselewengkan dari ajaran agama yang asli yaitu islam sendiri. Namun demikian juga seorang yang bukan islam sah sah saja meyakini bahwa agama yang dianut adalah agama yang benar, itulah yang kita sebut toleransi agama maksudnya membiarkan, membebaskan orang dengan keyakinannya, karena tak ada paksaan dalam beragama. Lalu Allah mengutus Rosulnya yang bertugas menyampakaikan risalah wahyu kepada ummatnya dari mulai sahabat, tabiin dan tabiut tabiin sampai kepada ummatnya, dengan itu terjagalah agama islam dari berbagai macam penyelengan maupun penyimpangan jika ummat ini berlandakam al qur’an sunnah serta ulama salaf yang sholih di mulai dari rosul sendiri sampat zaman tabiut tabiin, kurang lebih kurun waktu 300 tahun setelah hijrah nabi walaupun ma’na haqiqatnya siapa saja yang bermanhaj kepada ulama solih dialah pengikut salaf solih tanpa di batasi ruang dan waktu.
Mengenal Worldview Islam
Bagaimana Worldview dalam Islam? Definisi Worldview Islam dapat dirujuk dari definisi-definisi sejumlah tokoh. Di antaranya, adalah Al-Mawdudi. Al-Mawdudi mendefinisikan Islam sebagai sebuah sistem Pandangan hidup dimulai dari konsep keesaan Tuhan Asy-syahadah yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan di dunia. Dari pendapat al-Maududi ini, dapat dijabarkan secara luas yaitu Islam berawal dari Syahadah persaksian dengan hati kemudian diikrarkan dengan lisan selanjutnya diaplikasikan dalam totalitas kehidupan seperti berdagang, hubungan sosial, menuntut Ilmu, mengerjakan rukun Islam, rukun Iman, bekerja, menikah dll, itu semua adalah aplikasi kehidupan beragam yang bermula dari satu konsep yaitu Asy-syahadah.
Menurut Atif al-Zayn pandangan hidup islam adalah Aqidah Fikriyyah. Aqidah Fikriyyah, artinya adalah kepercayaan yang berdasarkan pada akal, yang daripadanya lahir suatu sistem. Secara konseptual, Aqidah fikriyyah yang dimaksud disini adalah Iman Syahadah yang dibebankan kepada seorang muslim aqil-baligh kemudian dari Iman dan Syahadah tersebut setelah keluarlah sistem-sistem seperti; politik Islam, tradisi keilmuan dalam Islam, ekonomi Islam, tradisi filsafat Islam. Definisi worldview di sini adalah sebuah totalitas kehidupan yang melingkari aktifitas muslim.
Sayyid Qutub di lain sisi mempunyai pandangan bahwa Islam adalah akumulasi keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim yang memberi gambaran tentang wujud dan apa-apa dibalik itu. Pendapat Sayyid Qutb diatas, jika diuraikan telah menggabungkan antara dimensi akal dan Iman di mana keduanya berfungsi untuk membaca tentang realitas atau wujud yang tidak hanya merujuk kepada sesuatu yang tampak namun juga merujuk pada unsur yang bersifat metafisik atau yang tidak terlihat. Dalam praktiknya, seorang muslim ketika akan bekerja untuk mencari harta megawali aktifitas tersebut dengan doa kepada Allah dan menggantungkan seluruh hasilnya kepada Allah, dari contoh tersebut terjadi komunikasi antara jasad yang melakukan sesuatu yang bisa dilihat tetapi jasad tersebut diiringi dengan sesuatu yang metafisik yaitu doa dan penyerahan diri kepada Allah.
Argumen Sayyid Qutb di atas juga telah ditegaskan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas bahwa Islam adalah pandangan tentang realitas dan kebenaran yang menjelaskan tentang hakekat wujud. ” …is then the vision of reality and truth that appears before the mind’s eye revealing what existence is all about; for it is the world of experience in its totality that Islam is projecting. ” [6]
Argumentasi Syed Naquib al-Attas hampir sama seperti Said Qutb bahwa pandangan Islam itu ada dua dimensi, dimensi fisik dan metafisik. Diawali dengan realitas kemudian dilanjutkan dengan kebenaran untuk sampai pada makna hakekat wujud. Lalu apakah hakekat wujud itu?, hakekat wujud adalah sesuatu yang nampak dan sesuatu yang tidak nampak.
Dari sejumlah penjabaran diatas, Penulis mencoba mengkonklusikan definisi bahwa Worldview dalam Islam adalah berawal dari mabda’ asy-syahadah kemudian menjadi aqidah fikriyyah yang terpadu dalam Iman dan akal. Paduan ini kemudian diaplikasikan dalam sebuah totalitas kehidupan seorang muslim sebagai sebuah proyeksi atas realitas dan kebenaran.
Worldview Islam diawali dari turunnya wahyu yang disampaikan kepada Nabi melalui perantara Malaikat, kemudian wahyu tersebut disebarkan kepada Manusia. Berdasarkan wahyu tersebut manusia membuat bangunan struktur Kelimuan dilanjutkanlah struktur tersebut dengan aktifitas ilmiah dan melahirkan ilmuwan, lalu ilmuwan tersebut memberikan mekanisme penyebaran ilmu dari ilmu-ilmu yang masih umum itu kemudian diklasifikasi menjadi beberapa disiplin ilmu dan konsep-konsep dasar maka tersebarlah Ilmu tersebut kemudian menyatu menjadi worldview Islam. Sedangkan Worldview barat berawal dari saintifik yang membentuk suatu komunitas keilmuan lalu terbangunlah struktur keilmuan kemudian terbentuk mekanisme keilmuan dari mekanisme tersebut tersebarlah beberapa ilmu-ilmu dasar kemudian diklasifikasi agar lebih mudah, dari beberapa rentetan tersebut maka lahirlah worldview barat.
Jika melihat secara seksama dari kedua proses diatas dapat dianalisa bahwa asal mula kedua worldview diatas sudah berbeda secara asalnya di mana worldview Barat berawal dari komunitas ilmuwan sementara worldview Islam berawal dari Wahyu atau pesan Tuhan maka hasilnya pun akan berbeda. Perbedaan yang sangat mencolok dari kedua proses tersebut adalah worldview barat bercorak santifik yang bersifat empiris, sementara worldview Islam bersifat empiris dan metafisis karena worldview Islam mencakup kedua unsur ketuhanan dan kemanusiaan sedangkan dalam Worldview Barat hanya mencakup unsur kemanusiaan tanpa ketuhanan.
Kesimpulan
Worldview Islam adalah cara pandang seorang Muslim mencakup aspek batin dan aspek jasad secara menyeluruh atas realitas dan kebenaran. Ia melingkupi aspek yang terlihat (fisik) maupun tak terlihat (metafisik), sedangkan worldview barat hanya berkutat didalam sesuatu yang bersifat manusiawi dan materi (fisik) semata.
Referensi :
1. Samsul Bahri. (2017). WORLD VIEW PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK YANG HOLISTIK DAN INTEGRATIF. Jurnal Mudarrisuna Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
2. Sarh Usul salasah Syeh Usaimin
3. Worldview Islam: Sebuah Pengantar (Catatan Perkuliahan Bersama Assoc Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi M. Ed, M. Phil)
Oleh: Alvin Qodri Lazuardy S.Ag / Wisudawan Prodi Studi Agama Agama Tahun 2018
4. Suwendi, 2004, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Suwito, 1995, Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Adian Husaini, Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2012